Peran
mahasiswa dalam menjaga kearifan budaya lokal
Pernah
dengar pengertian kebudayaan menurut Edward B. Taylor? Well, bagi yang belum
atau lupa mengenai pengertian kebudayaan menurut Edward B. Taylor saya akan
mengulasnya sedikit, menurut beliau Kebudayaan merupakan keseluruhan yang
kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh seseorang
sebagai anggota masyarakat dan bersifat turun temurun.
Dengan
pengertian kebudayaan di atas telah jelas menggambarkan bahwa budaya adalah
sebuah norma atau ciri khas suatu negara yang sakral dan perlu dijaga
kelestariaannya. Namun, apa yang terjadi jika masyarakat mulai lupa atau
sengaja melupakan budaya lokalnya hanya semata-mata untuk bisa terlihat lebih
moderen dengan mengikuti budaya asing yang hingga kini mulai mengikis
nilai-nilai kearifan lokal masyarakat?
Budaya
lokal merupakan suatu budaya yang dimiliki oleh suatu negara yang bersifat
khas. Budaya lokal dapat diartikan sebagai tata cara hidup yang dilakukan
secara bersama dalam suatu daerah, berkembang dan dimiliki secara bersama yang
kemudian diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya. Budaya terdiri dari
beberapa unsur, termasuk unsur agama, politik, adat istiadat, bahasa, pekakas,
pakaian, bangunan, serta karya seni.
Kearifan
lokal merupakan gagasan, nilai-nilai atau pandangan yang terdapat di suatu
daerah yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik yang tertanam dan
diikuti oleh anggota masyarakat yang mendiami daerah tersebut.
Ada sebuah pertanyaan besar untuk
para mahasiswa, “bagaimana peran mahasiswa dalam menjaga kearifan budaya
lokal?’’ itulah yang harus kita jawab sekarang, sebab seiring perjalanan waktu
budaya lokal kita mulai terkikis oleh budaya asing yang mengatas namakan
globalisasi.
Peran mahasiswa dalam menjaga
kearifan budaya lokal ini sangatlah penting mengingat perubahan gaya hidup yang
hampir rata-rata menunjukkan ke arah gaya barat karena pengaruh westernisasi
yang datang dan menerjang sendi-sendi budaya ketimuran yang selama ini melekat
di dalam diri masyarakat Indonesia. Kita ambil saja salah satu contohnya yaitu
mengenai keanekaragaman bahasa daerah yang ada di Indonesia. Indonesia
memiliki berbagai macam bahasa daerah yakni 748 bahasa daerah yang merupakan
sebagai bahasa ibu. Bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan
penuturnya, ini dapat dilihat dari peresentase penggunaan bahasa keseharian
dalam berkomunikasi dan bersosialisasi yaitu lebih dari 90% warga Indonesia
menggunakan salah satu dari 748 bahasa daerah sebagai bahasa kesaharian mereka.
Namun jika kita ke kota besar dapat kita lihat berapa banyak orang yang
menggunakan bahasa daerah itu dapat dihitung dengan jari karena kehidupan di
kota besar mulai sibuk dengan menggunakan bahasa asing dengan alasan untuk
pekerjaan yang mengharuskan penggunaan bahasa asing dan ada juga yang Cuma
sekedar ingin di bilang anak gaul harus pintar bahasa inggris. Hal ini jika
dibiarkan akan mengakibatkan hilangnya bahasa daerah. Juga dapat kita ambil
contoh lain yaitu mengenai batik yaitu batik merupakan salah satu kebudayaan
Indonesia pernah mengalami perseteruan atas batik ini dengan Malaysia pada
tahun 2009, dan alhamdulillah perseteruan ini berakhir dengan pengakuan United
Nations Educational, Scientific and Cultural Organizations (UNESCO) atas batik
sebagai warisan budaya Indonesia, dan masih banyak lagi kebudayaan Indonesia
yang ingin diambil alih oleh negara lain. Dengan keadaan seperti ini ada
pertanyaan besar yang ingin saya sampaikan yaitu “Apakah kita rela kebudayaan
kita diambil?”, dan kalau tidak “bagaimana upaya kita untuk
mempertahankannya?”.
Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh
mahasiswa dalam menjaga kearifan budaya lokal di Indonesia karena ini akan menentukan
apakah kearifan lokal akan terus memudar atau akan berkembang. Salah satu upaya
yang dapat dilakukan adalah dengan memupuk rasa cinta budaya sendiri dan terus
mengembangkannya menjadi sedemikian menarik tanpa menghilangkan nilai dasar
budaya sehingga tidak monoton dan juga tidak kalah saing dengan budaya asing.
Para mahasiswa juga bisa mempromosikan budaya lokal yang telah di jelma
sedemikian menarik sehingga bangsa asing pun ikut tertarik. Sehingga dengan
adanya peran mahasiswa yang mampu melahirkan terobosan baru dalam mengenalkan
budaya lokal ini kelak akan dapat memotivasi para generasi muda untuk lebih
mencintai dan berusaha menjaga kearifan budaya lokal serta melestarikannya.
Meskipun westernisasi semakin menggerus nilai-nilai kearifan lokal namun dengan
peran mahasiswa yang memperjuangkan dan mempertahankan budayanya akan menjadi
filter terhadap budaya asing tersebut.
Kesimpulannya, peran mahasiswa
dalam menjaga kearifan budaya lokal merupakan salah satu upaya dalam menentukan
keberlangsungan hidup kebudayaan baik itu agama, politik, adat istiadat,
bahasa, pakaian, bangunan, atau karya seni sekalipun. Tanpa adanya peran
mahasiswa kebudayaan lokal akan terus mengalami penyusutan yang lama-kelamaan
akan menghilangkan jadi diri bangsa sebagai pemilik kebudayaan dan generasi
muda pun tidak mengenal budaya sendiri karena ketidaktahuan dan minimnya
pengetahuan mengenai budaya lokalnya sendiri. Dengan demikian marilah wahai
para mahasiswa kita jaga, cintai, dan kembangkan budaya asli Indonesia yang kita
banggakan ini sehingga para generasi penerus kita pun insyallah juga akan
menjadi orang yang menjunjung tinggi kebudayaan negeri sendiri.
Biodata
penulis
Nama : Reni Hardika
Alamat : Desa Pedamaran IV
dusun III Sungai Aur
Tempat,
tanggal lahir : Pedamaran, 18 Agustus
1996
Jenis
kelamin : perempuan
NIM : 06071181421001
Jurusan : Pendidikan Bimbingan
dan Konseling
Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas : Sriwijaya
Nama
Orang Tua
Ayah : Ahdi
Ibu : Surya
Motto : Hidup itu Cuma satu
kali jadi buatlah hidup itu berarti
Prinsip : kelemahan adalah
musuh yang nyata